KERAMAHAN SUBUH




Riah-riuh suara yang berkemundang
Dari selongsong mikrophon setiap mesjid dan mushalla
Menyeru kaum yang berpikir untuk menunaikan kewajiban
Tak ada yang istimewa di mata manusia ketika itu
Tapi sangat Istimewa di Mata Sang Maha Pencipta
Ada balasan yang turun dari tangan-Nya yang penuh dengan kasih sayang......

Bara hati ingin mengadu kepada Sang Khalik
Itu selalu dilantunkan bagi setiap mereka yang ingin mendapatkan Ridho-nya
Tak pernah terbesit
Bahwa apa yang dilakukan hanya karena manusia
Semata-mata
Hanya untuk Sang Pemberi Rezeki
Tuan yang akan mengabulkan apa saja perminta-an dari umat-nya.......

Angin yang begitu menusuk sampai ke ubun-ubun
Tak kan pernah mengusik jiwa yang ingin meraih kedamai-an
Alangkah egois nya bila diri ini mengabaikan kewajiban itu
Dunia yang fana tak akan memberikan apa-apa
Hanya hal yang sementara
Tak pantas untuk di tanam kedalam dermaga yang begitu abadi.....

Subuh tak-kan pernah berbohong
Bahwa keramahan itu akan selalu hadir
Dimana pun
Terutama di Rumah Allah.....

RUMAH TUA



Pantulan cahaya biru yang berasal dari sebuah rumah tua
Tampak begitu indah dan mempesona
Seorang pemuda yang duduk tepat didepan rumah tersebut
Tampak harap-harap cemas
Menunggu seorang gadis yang sangat dia puja selama ini
Gadis itu,
Yang mengingatkan dia akan keelokan imajiner sebuah maha karya
Karya yang tak dapat ditandingi oleh apa-pun......

Padahal nyiur kelapa begitu indah melambai pada waktu itu,
Ibarat seorang putri yang mengibaskan rambutnya yang terurai
Rambut yang begitu panjang
Yang menandakan bahwa dia begitu rajin dalam memelihara rambut tersebut

Sudah satu jam lebih dia menunggu
Namun hati nya tak pernah mau beranjak dari tempat ia berdiri
Dia hanya ingin mencoba menyapa gadis yang tinggal didalam rumah tua itu
Hanya sekedar mengucapkan salam
Hanya ingin menatap tatapan yang begitu anggun
Yang begitu ramah
Tak ada yang dapat mengobati 
Isi hati yang berkecamuk denga hebatnya.....

Sudah hampir tengah malam dia menunggu
Tetapi tak seorang pun yang keluar dari rumah tua tersebut
Sang pemuda bertanya-tanya,
Kemanakah gerangan sang tuan rumah??
Padahal banyak hajat yang ingin disampaikan........

Tiba-tiba....
Datang sekelompok anak muda menghampiri
Dan mereka bertanya,
Apa yang engkau lakukan disini tuan??

"Aku hanya menunggu seorang gadis dari dalam rumah ini"...
salah satu diantara mereka menjawab....
"Tidak kah engkau tau"??
Rumah ini sudah setahun lebih tidak ditempati,
Dan setau kami,satu keluarga ini sudah meninggal akibat kecelaka-an yang menimpa mereka....

Hanya terkejut dan terpaku......
Itu yang dirasakan seketika oleh sang pemuda yang menunngu di depan rumah tua.....

ELEGI BATANGHARI



setelah berkali-kali merpati ingkar janji
kembali kukaji notasi “Sepucuk Jambi Sembilan Lurah”
anakanak negeri ini gemar benar mengurung diri
melukis mimpi-mimpi
berlari melintas Aur Duri

aku berdiri merentang panjang jembatan ini
riak dan ombak berontak seperti kaligrafi
memusar dan melingkari adat tradisi
derap sepatu politisi dan jaring birokrasi

aku berlari seperti Acep Syahril yang nggigil
mindah nasib sendiri (Ketika Indonesia Berlari)
aku berlari seperti Ary Setya Ardhi meratapi dinasti Abunjani
aku berlari membawabawa nyeri
dan Batanghari masih enggan berbagi


by = NN

MASIH BELUM UJUNG-NYA



Pada hakekatnya
Sebuah pertemuan bermula dari pandangan yang menusuk sampai ke titik keinginan
Antara lautan dan daratan
Bermacam adegan terselip diantaranya
Sepasang jiwa yang sudah lama tidak saling bertatap mata
Memadu pada sebuah karang yang kokoh yang dihempas oleh ombak....

Udara yang semakin menampak-kan kearoganan-nya
Berangsur menghempaskan apa saja yang ia lalui
Demikian kiranya sebuah perjumpa-an
Tak pernah ada habisnya
Sebuah keluhan tetap saja terlampir dari tiap bait
Memaksa akan hadirnya sebuah keinginan yang belum tentu untuk siapa-pun...

Ada sebuah kisah
Sepasang camar laut yang bertengger ditengah hutan bakau
Saling asyik membersihakan kepaknya yang tampak kusam oleh air laut
Mencari bekal dan berburu ikan
Bersaing dengan camar lain
Hanya untuk memperpanjang masa hidup
Untuk anaknya,
Untuk pasangan-nya....

Berapa-pun kepingan yang selalu terjatuh
Masih pasti menyisakan sebuah tanda pertanya-an
Akan alam,
Akan masa,
Akan derita,
Akan bahagia....
Berlebur menjadi keinginan yang pasti ingin untuk di raih
Akan tetapi,
Dia yang masih betah untuk menunggu......

TAMPARAN HARAPAN DIRI



Tepat jatuh di telapak tangan yang kusam
Setetes embun yang berjatuhan membuat sejuk seisi hati
Mata yang lembab oleh tangisan kemarin malam
Masih saja jelas tersisa
Aku yang masih merasa jauh akan kehidupan yang sesuai
Mulai menata kembali serpihan-serpihan bening 
Yang sempat terurai di terpa angin ganas menderu-dayu......

Akan kehebohan sang bidu-an anggun
Bertahta sebuah perhiasan yang melekat pada kulit mulus
Dengan bibir merah yang menandakan bahwa dia butuh kasih-sayang
Itu jelas terlihat dari kepongahan nya terhadap lelaki yang menghampiri
Mata sayu akan isyarat terkubur rapi
Mulai terbongkar sebuah sifat keelokan...

Tak dapat disembunyikan...
Kesedihan hati yang mulai menjangkit sampai ke-otak...
Tak ada yang tau pasti....
Apa yang direncanakan Tuhan untuk ku??
Aku yang masih saja menelusuri setiap getiran hujan
Membaca satu-persatu setiap tetesan air yang jatuh mengenai wajah....
Aku yang masih ingin mencari jati diri.....

Dan aku ingin ditemani !!!
Dengan do'a tentunya,bila jiwa tak bertemu badan...

SELALU UNTUK BER-SYUKUR !!


Pada dasarnya,
Sebuah keego-an yang terpatri pada diri 
Merupakan salah satu 
Luapan emosi yang sangat susah untuk di kontrol,
Kita selalu menganggap 
Apa yang telah kita raih selama ini selalu saja kurang,
Itu lah manusia...

Wahai kawan...
Coba lah kita itung-itung lagi!!
Berapa banyak nya kira-kira kebaikan dari sang Tuhan
Untuk kita.
Dia selalu mendengarkan
Dia selalu mengetahui
Dan Dia selalu mengerti akan keada-an setiap manusia....
Karena segala-galanya itu berasal dari Dia
Semua karena Dia
Apalagi,itu semata-mata untuk manusia yang Ia cintai....
Dan Dia kasihi
Supaya kita selalu ingat untuk Bersyukur...!!!